Sedih, sejak 2008 urusan Rohingya ini sudah saya presentasikan di IBF, dan sejak itu problem pengungsi Rohingya terus menerus terulang, karena memang masalahnya tak pernah usai
Rezim Myanmar menganggap mereka bukan penduduknya, karena agama yang mereka pegang dan warna kulit mereka yang berbeda
Sedangkan negeri-negeri tetangga pun tidak mengakui mereka walau berkulit sama, karena beda kewarganegaraan katanya
Jadi di negeri lahir mereka ditolak karena beda agama dan warna kulit, juga ditolak oleh saudara seagama dan sewarna kulit karena sebab beda kewarganegaraan
Rohingya refugees, unwanted and stateless, padahal mereka Muslim dan syahadatnya sama seperti kita
Sekali lagi, nasionalisme menunjukkan rendahnya pola pikir manusia, membuang jauh ikatan akidah demi garis-garis yang dibuat manusia, menghilangkan rasa kemanusiaan itu sendiri
Karena itu saya semakin yakin, kita perlu sebuah negara yang tidak memandang pada warna kulit, juga tidak pada batas-batas yang dibuat manusia, melainkan hanya batas yang dibuat oleh Allah. Negara yang manusiawi dan memanusiakan manusia, negara yang menerapkan syariat Allah. Khilafah Islam yang tak tersekat nasionalisme
Selama urusan penyebab masalahnya itu tak terpecahkan, akan selalu ada pengungsi Rohingya yang terdzalimi, dan itu berarti beban kita di akhirat saat berhadapan dengan Allah
Untungnya, Aceh masih peduli, semoga kepedulian ini menjadi inspirasi dan merambah pada kaum Muslim yang lainnya dibelahan bumi nusantara juga dunia.
Rezim Myanmar menganggap mereka bukan penduduknya, karena agama yang mereka pegang dan warna kulit mereka yang berbeda
Sedangkan negeri-negeri tetangga pun tidak mengakui mereka walau berkulit sama, karena beda kewarganegaraan katanya
Jadi di negeri lahir mereka ditolak karena beda agama dan warna kulit, juga ditolak oleh saudara seagama dan sewarna kulit karena sebab beda kewarganegaraan
Rohingya refugees, unwanted and stateless, padahal mereka Muslim dan syahadatnya sama seperti kita
Sekali lagi, nasionalisme menunjukkan rendahnya pola pikir manusia, membuang jauh ikatan akidah demi garis-garis yang dibuat manusia, menghilangkan rasa kemanusiaan itu sendiri
Karena itu saya semakin yakin, kita perlu sebuah negara yang tidak memandang pada warna kulit, juga tidak pada batas-batas yang dibuat manusia, melainkan hanya batas yang dibuat oleh Allah. Negara yang manusiawi dan memanusiakan manusia, negara yang menerapkan syariat Allah. Khilafah Islam yang tak tersekat nasionalisme
Selama urusan penyebab masalahnya itu tak terpecahkan, akan selalu ada pengungsi Rohingya yang terdzalimi, dan itu berarti beban kita di akhirat saat berhadapan dengan Allah
Untungnya, Aceh masih peduli, semoga kepedulian ini menjadi inspirasi dan merambah pada kaum Muslim yang lainnya dibelahan bumi nusantara juga dunia.
sumber : google+FelixSiauw
Komentar
Posting Komentar