Pernahkah kamu begitu sibuk memilih pakaian yang ingin kamu kenakan hari itu? Hampir setengah sampai satu jam habis untuk menentukan kain apa yang akan membalut tubuhmu. Mau pakai kaos takut terlalu santai, kemeja kesannya formal. Pakai rok kamu risih karena terlalu feminin, pakai jeans, bisa rapi nggak ya? Tak jarang hal remeh seperti ini menghambat kelancaran persiapanmu dan membuatmu telat pergi ke tempat kerja atau kuliah.
Fashion memang penting. Ia bisa menjadi wadah di mana seni, budaya, dan sejarah berkumpul jadi satu. Tapi pernahkah kamu memperhatikan betapa “biasa-biasa saja” pakaian yang dikenakan oleh Presiden Obama, CEO besar seperti Mark Zuckerberg dan Steve Jobs, sampai (alm.) Bob Sadino? Gaya berpakaian yang khas dan sederhana menjadi ciri khas kepribadian mereka. Padahal dengan apa yang mereka punya, bukannya mereka tidak mampu membeli baju yang bermerek sesuai tren. Lalu, apa yang membuat mereka tetap setia pada gaya berpakaian yang biasa-biasa saja?
Semakin sukses dirimu, semakin padat pula jadwalmu. Kamu tak bisa lagi menghabiskan waktu untuk memikirkan urusan yang tidak begitu perlu.
Jika kamu punya begitu banyak yang harus dilakukan, kamu akan fokus pada pekerjaan yang paling penting dulu, bukan?
Di balik penampilan yang sederhana, orang-orang seperti Bob Sadino dan Mark Zuckerberg selalu dihadapkan pada kesibukan yang ‘gila’. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilih pakaian setiap kali ingin bepergian atau berkunjung ke suatu event tentu tidak efektif atau efisien.
Dibandingkan berpusing ria memilih kaos warna apa atau celana yang mana, mereka adalah tipe orang yang lebih memilih fokus pada to-do list hari itu dan deadline yang datang sebentar lagi. Waktu yang tidak terbuang sia-sia mereka manfaatkan untuk berolahraga, rapat brainstorming, menelepon klien atau kolega, bahkan membaca surat kabar. Mereka pun tak masalah jika harus berpenampilan apa adanya, karena artinya bisa ada lebih banyak waktu untuk menuntaskan berbagai pekerjaan yang telah menunggu.
“Saya biarkan orang lain menentukan menu makanan dan pakaian saya, karena ada ribuan hal yang lebih krusial yang harus saya pikirkan.” – Barack Obama, Presiden Amerika
Tak mau berpusing ria bukan berarti berpakaian seenaknya. Gaya yang “sederhana” ini sudah dikondisikan agar cocok di hampir segala situasi dan kondisi.
Barack Obama terkenal dengan kemeja putihnya yang selalu digulung sampai siku, atau setelan jas yang kalau tidak berwarna hitam ya berwarna biru tua. Alm. Bob Sadino terkenal dengan celana pendek dan kemeja safarinya. Pakaian Mark Zuckerberg hampir selalu kaos abu-abu. Walaupun pakaian yang mereka kenakan dalam setiap kegiatan hampir selalu itu-itu saja, bukan berarti mereka tidak peduli dengan penampilan. Mereka paham bahwa cara berpakaian memang dapat memengaruhi hubungan sosial, jadi gaya mereka yang itu-itu saja sebenarnya diambil setelah melalui pertimbangan yang hati-hati.
Contohnya, Obama dan stafnya menentukan setelan jas single-breasted berwarna hitam yang sangat ‘aman’ sebagai penampilannya sehari-hari, agar Presiden Amerika tersebut bisa tetap percaya diri dalam berbagai situasi yang berbeda. Sementara, kemeja putihnya yang digulung hingga siku dipakainya untuk menampilkan kesan pekerja keras dan merakyat.
Memakai kaos juga bukan masalah bagi orang seperti Mark Zuckerberg. Maklum, lingkungan kerjanya di Silicon Valley memang lebih santai. Dengan kaos abu-abunya yang itu-itu saja, sebenarnya Zuckerberg mampu menampilkan citra sebagai orang yang bukan hanya sederhana, namun juga approachable di mata sesama penggiat perusahaan teknologi dan start-up.
Mereka menyadari gerogot konsumerisme, saat kegiatan membeli bisa membuat manusia kehilangan kemanusiaannya.
Mereka adalah sosok yang memusuhi ideologi konsumerisme yang saat ini tengah menjangkiti masyarakat modern. Gaya hidup sederhana perlahan mulai ditinggalkan masyarakat Indonesia, berganti dengan gaya hidup yang melihat segala hal dari materi yang dimiliki. Kebanyakan dari masyarakat modern terlalu terobsesi dengan benda-benda material. Gadget, fashion, kendaraan terbaru hanyalah sebuah kenikmatan sesaat yang tidak akan merubah masa depanmu menjadi lebih baik. Bahkan, obsesi memenuhi kebutuhan materi tersebutlah yang terkadang membuat kita tidak memanusiakan manusia. Jalan pintas korupsi pun menjadi pilihan cepat untuk memenuhi kebutuhan materi yang tidak pernah terpuaskan.
Selain itu, hyperconsumerism juga bisa mematikan rasa kepedulian terhadap derita sesama. Alhasil, masyarakat modern menjadi manusia indivualis yang tidak peka dengan keadaan sekitar.
“Orang miskin bukanlah mereka yang memiliki sedikit harta, tetapi mereka yang selalu ingin lebih, lebih, dan lebih.” – Jose Mujica (Presiden Uruguay).
Penampilan yang biasa-biasa saja menjadi pilihan mereka. Sumber daya yang ada lebih baik diarahkan pada kebutuhan lain yang lebih penting.
Berapa banyak tokoh yang mengaplikasikan gaya hidup sederhana dalam kehidupan mereka? Tentu tidak sedikit. Mereka adalah orang yang bisa merasa tercukupi ketika kebutuhan primer mereka untuk bertahan hidup telah terpenuhi. Mereka tidak takluk pada hawa nafsu untuk memenuhi gengsi.
Uang yang bisa dihemat karena penampilan yang seadanya bisa dialihkan untuk hal-hal yang lebih berguna. Kamu pun juga bisa meniru mereka. Sembilan ratus ribu rupiah yang tadinya ingin dihabiskan untuk sepasang sepatu lari baru bisa kamu tabung untuk membeli reksadana pertamamu. Dua juta rupiah untuk tas bermerek lebih baik disimpan sebagai modal kursus bahasa atau pemrograman. Dengan mengarahkan uang yang kamu punya saat ini untuk hal-hal yang krusial, sebenarnya kamu bisa memperbesar kesempatan untuk mapan di kemudian hari.
Pakaian boleh sederhana, namun hasil tangan dingin mereka mampu mengubah dunia.
Pakaian mereka boleh sederhana, Tapi lihatlah hasil pekerjaan mereka saat ini, dunia ini akan terasa datar tanpa inovasi yang mereka temukan. Keberhasilan mereka tentu dibarengi dengan kerja keras yang mereka lakukan di masa lalu, fokus terhadap mimpi dan inovasi yang akan ditemukan menjadi motivasi tersendiri bagi kesuksesan mereka di masa kini. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi jika mereka sibuk dengan hal remeh-temeh, seperti memilih pakaian yang akan mereka kenakan hari itu.
“Memutuskan apa yang tidak ingin kamu lakukan sama pentingnya dengan memutuskan apa yang akan kamu lakukan.” – Steve Jobs
Jangan terlalu sibuk memikirkan pakaian apa yang ingin dikenakan esok hari. Jangan membuang waktu dengan khawatir kalau ternyata baju yang kamu pakai terlihat cupu di depan teman-temanmu. Lebih baik berkonsentrasi saja pada hal-hal krusial yang sudah menunggu kamu selesaikan. Sayang tenaga, waktu, dan masa depanmu!
sumber : www.hipwee.com
Komentar
Posting Komentar