Sumber Gambar : Google |
Perilaku pada masa modern saat ini banyak yang sudah
mengesampingkan etika dan sopan santun. Hal ini karena banyaknya faktor-faktor
yang mempengarui, seperti akses informasi yang mudah didapatkan melalui TV,
Internet, serta media lainnya. Informasi tersebut seringkali masuk, tanpa
tersaring terlebih dahulu. Informasi-informasi yang berupa tontonan dan
lain-lain, nyatanya telah meningkatkan kekerasan dan agresivitas anak-anak saat
ini. Berbagai kejadian yang buruk bahkan menjadi berita harian yang tidak asing
lagi. Kita sebagai orang tua, bahkan sering mengabaikan kejadian-kejadian
tersebut. Padahal, pengaruh terbesar bagi seorang anak adalah lingkungan
terkecil mereka yaitu keluarganya.
Sudahkah kita menjadi orang tua yang baik buat anak-anak
kita? Mungkin pertanyaan ini sangat klise, tetapi apakah kita dapat menjawabnya
dengan lantang bahwa kita sudah menjadi orang tua yang baik? tentu saja, banyak
teori dan rujukan bagaimana dapat membentuk akhlak anak agar menjadi anak-anak
yang baik, bahkan sholeh atau sholehah. Tetapi bagaimana kenyataannya?
Ternyata semakin kesini, bukannya semakin banyak anak yang
sholeh melainkan justru semakin banyak anak-anak yang tidak baik etika dan
sopan santunnya... kenapa demikian? tidak perlu menyalahkan apapun.
Faktor-faktor eksternal seperti Teknologi Informasi, budaya barat dan
lain-lain, akan terus membombadir dalam era globalisasi yang memang tanpa
batas. Apa yang bisa kita kendalikan? Tentu saja faktor internal lah yang dapat
kita kendalikan. Dan itu adalah diri Kita sendiri, seperti cerita bijak yang
terpahat di atas sebuah makam di Westminster Abbey Inggris dan tertulis “Tahun
1100” sebagai berikut :
“Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi
ingin mengubah Dunia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati
bahwa dunia tak kunjung berubah. Maka cita-cita itupun agak kupersempit, lalu
kuputuskan untuk hanya mengubah Negeriku. Namun tampaknya hasrat itupun tidak
ada hasilnya. Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih
tersisa, kuputuskan untuk mengubah Keluargaku, orang-orang yang paling dekat
denganku. Tapi celakanya merekapun tidak mau diubah! Dan kini sementara aku
berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari: “Andaikata yang pertama-tama
kuubah adalah Diriku, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin
aku bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa
jadi akupun mampu memperbaiki negeriku; kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa
mengubah dunia”.
Memang tidak mudah merubah diri sendiri, tetapi jika niat
sudah bulat insyaAllah apapun bisa dilakukan. Meminjam konsep 3M dari AA Gym,
yaitu
“Mulai dari diri
sendiri”. Proses Introspeksi diri, menghisab diri sendiri, merenung apakah saat
ini kita sudah baik atau malah jauh dari kata baik. Jangan menyalahkan orang
lain yang bisa saja berbuah Fitnah, tetapi terus introspeksi diri dan evaluasi
diri!
“Mulailah dari hal
terkecil“. Tidak ada mimpi besar yang bisa terealisasi kecuali dimulai dari
satu langkah dan satu langkah lanjutan. Semua implementasinya dilakukan
bertahap selangkah demi selangkah, dimulai dari hal terkecil untuk mendapatkan
sesuatu yang besar.
“Mulailah dari
sekarang“. Sifat malas dan kebiasaan
buruk seperti menunda-nunda pekerjaan mungkin masih melekat pada diri kita. Do
something dan jangan hanya diam. mulailah bertindak dan lakukan sekarang!.
Tetap santun kepada siapapun baik orang tua maupun anak-anak
kita yang jauh lebih muda dari kita.
Saya jadi teringat dengan obrolan ringan yang diceritakan seorang
teman, berikut ini :
Ada seorang bocah bertanya kepada bapaknya yang bijak, Kenapa kita harus hormat kepada orang yang
lebih tua? Dengan bijak Bapak
tersebut menjawab karena “para orang tua
dilahirkan lebih dahulu dan mereka ber ibadah kepada Allah SWT lebih dulu dari
pada kita”. Si anak pun mengangguk sembari memberikan pertanyaan cerdas
berikutnya, Kenapa kita harus hormat kepada orang yang lebih muda?
Dan jawaban dari Bapak tersebut
adalah karena “para orang tua dilahirkan
lebih dahulu dan melakukan maksiat terlebih dahulu, sedangkan para anak muda
belum melakukannya maka anak muda tersebut tentu saja dosa-dosanya lebih
sedikit dari kita para orang tua”
Sebelum mengajarkan akhlak mulia kepada anak-anak kita,
tentunya kita perlu terus belajar dan tentu saja mengamalkan akhlak tersebut.
Dengan mengamalkan akhlak mulia, anak tidak hanya belajar secara teori tetapi
melihat praktek mulia secara langsung, sehingga menjadi pembelajaran yang sempurna
dan untuk selanjutnya akhlak mulia tersebut bisa dipertontonkan kepada kita
sebagai orang tua.
Semoga bermanfaat…. amien
Komentar
Posting Komentar