Hidup Sehat Dalam Ber-Islam

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hidup sehat. Secara umum, sehat menjadi sistem dalam Islam. Kata-kata ashihatu berarti sah atau sehat secara umum adalah diantara tujuan  dari ajaran yang diatur dalam Islam. Islam adalah agama yang sah dan sehat. Sistem kehidupan yang diatur dalam Islam berdampak kepada sah ibadah dan sehat kehidupan dalam beragam aspeknya. Maka asshihatu dalam artikhusus yakni kesehatan sebagai diantara hikmah atau pengaruh diterapkannya ajaran Islam.

Kesehatan merupakan aset utama seorang Muslim untuk bisa melaksanakan tugas penghambaannya kepada Allah SWT secara maksimal. Muslim yang sehat lebih mudah melakukan ibadah dan memperbanyak amal saleh ketimbang yang sakit. Ibadah yang dilakukan seringkali tidak bisa maksimal baik secara kualitas maupun produktivitas jika kondisi fisik sakit. Sebagai contoh, orang yang sehat fisik lebih mudah dan maksimal dalam menjalankan ibadah haji ketimbang yang sakit. Kesehatan fisik diantara faktor yang bisa mempengaruhi kualitas dan kuantitas amal seseorang.

Secara umum aturan kesehatan dalam Islam dibagi kepada dua: pertama, bersifat preventif (pencegahan),kedua, bersifat kuratif (pengobatan).
Pertama, langkah pencegahan. Dalam hal ini, Islam telah menyiapkan langkah dan sarana yang bisa berdampak kepada pencegahan dan terhindarnya seseorang dari penyakit. Diantara langkah dan sarana tersebut:

Pertama,melakukan zikir pagi dan petang
Zikir ini sebagai tameng bagi seorang Muslim. Zikir yang berisi doa  menjadi senjata bagi seorang Muslim, tidak hanya untuk melindunginya dari bahaya, namun juga menjaganya dari penyakit. Rasulullah saw berdsabda:“Doa itu senjata mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan bumi”. (HR. Al-Hakim dari Ali bin Abi Thalib).

Diantara bentuk musibah adalah terserang penyakit, dan dengan senjata doa, seorang Muslim membangun perisai diri dari segenap musibah. Ibnul Qayyim berkata: “Jika perisai doamu lebih kuat dari musibah, ia akan menolaknya. Tetapi jika musibah lebih kuat dari perisai doamu, maka ia akan menimpamu, namun doa itu sedikitnya tetap akan mengurangi efek musibah tersebut. Adapun jika perisai doamu seimbang dengan kekuatan musibah, maka keduanya akan bertarung”. Sebagaimana jauh sebelumnya, Rasulullah saw sampaikan: “Tidak ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun doa bermanfaat dalam menghadapi takdir, sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya, ketika musibah itu ditakdirkan turun (dari langit), maka ia segera disambut oleh doa (dari bumi), lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat”. (HR. Ahmad, Al-Hakim, Al-Bazar dan Ath-Thabrani). Maka, seperti perkataan Ibnul Qayyim, doa memiliki kekuatan yang membuatnya menjadi “musuh musibah”.

Zikir pagi dan petang dengan kehendak Allah mampu menjaga hamba dari musibah, kejadian dan peristiwa buruk serta penyakit. Rasulullah saw bersaba dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Khubaib, beliau bersabda kepada khubaib:‘katakanlah’. Maka khubaib bertanya: “Wahai Rasulullah apa yang aku katakan?” Rasul bersabda: “katakanlah Dialah Allah Tuhan yang satu, dan surat al-mu’awwidzatain (al-falaq dan annaas) di petang dan pagi hari, masing-masing tiga kali, itu sudah cukup untuk melindungimu”. (HR. Abu Dawud).

Dalam hadits lain yang diiwayatkan Utsman bin Affan, beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang membaca sebanyak tiga kali bismillaahilladzii laa yadhurru ma’asmihii syai’un fil ardhi walaa fissamaa’i wa huwassamii’ul ‘aliim (dengan membaca nama Allah apapun yang ada di langit dan bumi tidak bisa mendatangkan madharat (bahaya), dan Dia Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui), dia tidak akan tertimpa keburukan yang datang secara mendadak hingga pagi hari, dan siapa yang membacaranya di pagi hari, ia tidak akan tertimpa keburukan yang datang secara mendadak hingga petang hari”. (RHR
HR. Abu Dawud).

Kedua, memakan kurma sebanyak tujuh butir di pagi hari
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqash, Rasuullah saw bersabda: “Siapa yang memakan tujuh kurma ‘ajwa setiap pagi hari, ia tidak akan terkena racun dan sihir”. (HR. Bukhari). Syeikh Abdullah bin Baz rahimahullah mengatakan: “hal itu cukup dengan memakan kurma jenis apa saja, dan tidak mesti kurma nabi (‘ajwaa)”.

Ketiga,aktivitas atau kegiatan  riil untuk menjaga diri dari penyakit
Langkah ini bisa dilakukan dengan sikap sederhana atau juga menyedikitkan makan dan minum. Karena kegiatan tersebut bisa mendatangkan kesehatan, ketekunan, kekuatan fisik dan akal. Imam Ali bin Husein pernah berkata: “Allah SWT telah menghimpun seluruh kaedah kesehatan dalam separuh ayat Al-Qur’an yang berbunyi: “Makanlah, minumlah dan janganlah kalian berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raaf: 31). Dalam penjelasan yang lebih detil Rasulullah saw menggambarkan pengaturan yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Miqdam bin Ma’dikarib sebagai berikut: ““Tidaklah seorang anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah anak Adam makanan (dalam redaksi Ibn Majah “suapan-suapan kecil”) yang menegakkan tulang punggungnya.  Jika harus lebih dari itu maka sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga udara.” (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, Ibn Hibban dan al-Hakim).Para Sahabat melaksanakan perintah Rasul tersebut sehingga menjadi tradisi bagi mereka. Umar bin Khattab mengatakan: “Kami adalah kaum yang tidak kecuali jika merasa lapar, dan kami makan tidak sampai kenyang”.

Secara medis sudah sejak lama hal tersebut diakui. Al-Harits bin Kaladah yang dijuluki dengan dokter Arab berkata: “Perut adalah rumahnya berbagai penyakit,  dan menyederhanakan makan dan minum adalah pangkal segala obat”. Dalam hadits lain rasullah saw bersabda: “Pangkal segala obat adalah menyedikitkan makan dan minum”.

Langkah kedua adalah pengobatan (kurativ). Langkah ini bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut:
Pertama, Penyembuhan dengan tawakkal yang kuat kepada Allah
Meyakini bahwa Allah SWT adalah Zat yang menyembuhkan segala penyakit diiringi persangkaan baik kepadaNya menjadi penawar yang efektif untuk kesembuhan sebuah penyakit. Tawakkal yang kuat kepadaNya bisa menghadirkan kekuatan dan energi yang pada selanjutnya berpengaruh kepada kesembuhan. Sikap yang dicontohkan Nabi Ibrahim: “Dan jika aku sakit, Dialah Allah yang manyembuhkan”. (Asyu’araa’: 80). Contoh tawakkal yang ditunjukkan Abu Bakar ketika terkena penyakit, ia ditanya: “Engkau tidak  pergi ke dokter?” Beliau menjawab: “Dokter sudah melihatku”. Apa yang disampaikan dokter kepadamu? Jawab Abu Bakar: “Sesungguhnya apa pasti adakan apa yang aku kehendaki”. Secara medis, tawakkal dan yakin kepada Allah menjadi  kekuatan dan energi yang bisa merangsang kesembuhan seseorang pasien. 

Kedua, penyembuhan dengan doa
Langkah ini seperti sebelumnya termasuk dalam pembahasan langkah pencegahan, yang disebutkan pada poin pertama tentang membaca zikir dan doa. Doa bisa berfungsi sebagai langkah pencegahan sekaligus penyembuhan. Rasulullah saw pernah menyampaikan: “Tidak ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun doa bermanfaat dalam menghadapi takdir, sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya, ketika musibah itu ditakdirkan turun (dari langit), maka ia segera disambut oleh doa (dari bumi), lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat”. (HR. Ahmad, Al-Hakim, Al-Bazar dan Ath-Thabrani).

Ketiga, pengobatan dengan ruqyah syar’i yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah SWT berfirman:dan kami turunkan dari al-qur'an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang orang yang beriman. (QS. Al-Israa’: 82).

Diriwayatkan bahwa Malaikat Jibril pernah meruqiyah Nabi saw. Abu Sa’id Al-Khudri berkata bahwa Jibril mendatangi Nabi saw dan bertanya: “Wahai Muhammad, engkau sedang sakit?” Nabi menjawab: “Iya”. Jibril membaca: “bismillaah arqiik, min kulli syai’in yu’dziik, min syarri kulli nafsin au ‘ainin haasid, Allahu yasyfiik bismillaah arqiik”.(HR. Muslim).

Dalam hadits yang diriwayatkn Aisyah ra dan para Sahabiyat:”Sesungguhnya Nabi saw menjenguk sebagian keluarganya yang sakit, mengusap mereka dengan tangannya yang kanan sambil berdoa: “Allohumma rabbannaas adzhibilba’sa wasyfi antasyaafii laa syifaa’a illaa syifaa’uka syifaa’an laa yughoodiru saqoman”.(HR. Bukhari dan Muslim).

Keempat, penyembuhan dengan qiyamullail dan tahajjud
Rasulullah saw secara gamblang menjelaskan penyembuhan cara ini dalam hadits: “Hendaknya kalian melakukan qiyamullail karena itu adalah kebiasaan orang saleh sebelum kalian, ibadah yang mendekatkan kuhan kalian kepada Tuhan kalian, menghapus dosa-dosa, mencegah perbuatan maksiat dan mengusir penyakit dari jasad”. (HR. Muslim).

Kelima, pengobatan dengan bersedekah
Sebelum beredar kisah dan fakta nyata tentang sedekah yang bisa menjadi sebab datangnya kesembuhan bagi seseorang pada masa kini, jauh sebelumnya fakta tersebut telah ada sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Syaqiq, beliau berkata: Aku mendengar Abdullah bin Mubarok yang ditanya oleh seorang fulan yang terserang penyakit dengan darah yang terus keluar dari dengkulnya sejak tujuh tahun yang lalu, dan selama itu ia telah berobat ke beberapa dokter namun belum berbuah kesembuhan. Maka Abdullah bin Mubarok berkata kepadanya: “Pergilah dan galilah sumur di tempat warga yang membutuhkan air. Semoga keluar air dari sumur tersebut, dan darahmu tidak keluar lagi. Maka fulan tersebut melaksanakan anjuran beliau , kemudian ia sembuh”.

Itulah bukti dari pesan yang pernah disampaikan Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Al-Bahili: “Obatilah orang-orang yang sakit pada kalian dengan sedekah”.(HR. Tabrani).

Keenam, pengobatan dengan madu, habah saudaa’ dan air zam-zam
Selain dianggap sebagai pengobatan islami, sebelumnya di Indonesia pengobatan dengan madu lebih dikenal sebagai pengobatan alami. Namun, sesungguhnya jauh sebelumnya Rasulullah saw telah menerangkan tentang pengobatan dengan madu ini. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa seseorang  datang kepada Rasulullah saw mengadukan tentang saudaranya yang mengeluh karena sakit perut. Maka Rasul berkata kepadanya: “Berikan minum madu kepadanya”. Kemudian datang kedua kali, dan Rasul menjawab sama, kemudian datang ketiga kalinya, dan jawaban Rasul sama. Kemudian ia datang lagi dan berkata: “aku sudah melakukannya wahai Rasul”. Maka Rasul mengatakan: “Allah SWT benar dan yang salah perut saudaramu”.  Rasul berkata kembali: “Beri minum madu”. Ia melaksanakannya, dan fulan tersebut sembuh”. (HR. Bukhari).

Masih banyak tata cara berobat islami, seperti yang sudah banyak tersebar yaitu pengobatan dengan hijamah seperti dijelaskan dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, dan cara lainnya.Wallahu a’lam.

Sumber : Ikadi.or.id

Komentar